"Udah aku bilang, kan? Berhenti mikirin cowok yang enggak suka sama lo, Cha!"
Hacha menjerit sekerasnya, memaki cermin yang berada di hadapannya. Ia memandang cermin itu dengan nanar. Hanya ada kasihan saat menatap pantulan dirinya yang menyedihkan. Wajahnya bengkak karena tersapu air mata semalaman, begiru juga dengan matanya yang memerah.
Cewek itu kemudian tertawa pelan dan sinis. Dia melirik ponsel pintarnya yang tiada tanda-tanda akan bergetar atau berbunyi, menandakan ada pesan atau telepon. Dia menunggu kedatangan dua hal tersebut, tetapi nihil. Hacha menghela napasnya, matanya bergeser ke arah jendela yang sedang menampilkan deretan air yang jatuh bersama-sama. Hacha menyaksikannya, dia menyaksikan rinai hujan yang membuat suasana semakin tak keruan.
"Andai aja, lo enggak pernah ketemu dia, Cha."
Senyuman pahit mengangkat bibir Hacha untuk mengembang sedikit.
Tik.
Tik.
Tik.
Bandarlampung, 21 Juni 2017
Hacha menjerit sekerasnya, memaki cermin yang berada di hadapannya. Ia memandang cermin itu dengan nanar. Hanya ada kasihan saat menatap pantulan dirinya yang menyedihkan. Wajahnya bengkak karena tersapu air mata semalaman, begiru juga dengan matanya yang memerah.
Cewek itu kemudian tertawa pelan dan sinis. Dia melirik ponsel pintarnya yang tiada tanda-tanda akan bergetar atau berbunyi, menandakan ada pesan atau telepon. Dia menunggu kedatangan dua hal tersebut, tetapi nihil. Hacha menghela napasnya, matanya bergeser ke arah jendela yang sedang menampilkan deretan air yang jatuh bersama-sama. Hacha menyaksikannya, dia menyaksikan rinai hujan yang membuat suasana semakin tak keruan.
"Andai aja, lo enggak pernah ketemu dia, Cha."
Senyuman pahit mengangkat bibir Hacha untuk mengembang sedikit.
Tik.
Tik.
Tik.
Bandarlampung, 21 Juni 2017