Selasa, 10 Desember 2019

[POJOK ACAK] Aku

Dear diary,
Aku yakin 100%, tidak ada yang memedulikan keadaanku selain keluarga. Bahkan, keluargaku hanya bertanya, "Uangmu cukup, Nak?" "Bagaimana harimu?". Tidak ada yang memedulikan hubunganku dengan alam, dengan manusia, ataupun dengan Tuhan. Selagi mereka melihatku baik-baik saja, itu sudah cukup. 
Orang terdekatku selain orang tua? Mereka juga punya kepentingan sendiri. 
Aku pun punya dunia sendiri. Mana ada waktu mengurusi orang lain. Mengurusi diri sendiri saja tidak becus.
Duniaku hanyalah aku dan segenap khayalanku yang sebatas halusinasi. Ingin diperhatikan, tidak berani berterus terang. Mainnya cuma kode.
Ah, namanya juga cewek.

Tertanda, A

Sabtu, 23 November 2019

[POJOK ACAK] Ada Apa?

Aku tahu tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan perasaannya hari ini. Lelaki itu menghindariku dari tadi pagi. Dia hanya diam saja ketika kusapa. Bahkan, dia tidak menoleh walaupun aku yakin dia mendengar suaraku.

Setelah kuingat-ingat, kami tidak terlibat percekcokan. Terakhir kami beradu mulut dua bulan yang lalu hanya karena politik yang sedang memanas. Akan tetapi, setelah itu dia masih tertawa bersamaku.

Apa mungkin dia sedang ada masalah? Ah, minggu lalu nilai ujian blok dia menurun dan dompetnya dijambret, dia masih tetap cengar-cengir seperti orang gila.

Ada apa sebenarnya dengan dia?



Senin, 14 Oktober 2019

Rumah terbaik

Tak ada tempat yang terbaik selain rumah sakit jiwa. Itu menurut Alma saat mengantarkan saudara kembarnya untuk berobat di sana. Alma yakin, setelah mengirimkan Alna ke rumah sakit jiwa, hidupnya akan baik-baik saja tanpa mendengar ocehan dari korban pemerkosaan seperti Alna, saudara kembarnya itu.

Alma sudah lelah setiap hari harus mengurusi Alna yang menurutnya sudah berada di tingkat 'stres'. Alma tak mau repot-repot. Biarkan saja para dokter dan perawat khusus di sana yang merawatnya. Dia hanya tinggal bayar saja. Kalau Alna sudah baikan, dia akan membawa saudaranya pulang. Atau, biarkan saja Alna mendekap di sana.

Kalau Alna sudah tidak memungkinkan, Alma tinggal menyiapkan keranda saja.

Alma ingin pikiran dan dirinya tidak terganggu oleh Alna. Saudaranya menyusahkan saja.

Sungguh, dia tidak ingin ikutan gila seperti Alna.

14 Oktober 2019
-Hari ini mengetahui berita kalau salah satu artis Korea bunuh diri karena tekanan mental. Tulisan ini kudedikasikan untuk kamu, kamu, kamu, dan kamu semua yang harus memikirkan kesehatan mental-

Jumat, 04 Oktober 2019

Celengan

"Mau dibawa ke mana?" tanyamu dengan mata menyelidik. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu selain memegang celengan babi yang kamu tanyakan.

"Mau dibawa ke rumah Mama?"

Tepat!

Aku meneguk ludah.

"Bim, udah kubilang, Mama enggak bakal nerima uang itu, apalagi asal usul uang itu enggak jelas," katamu. Aku bisa mendeskripsikan wajahmu yang lelah mengulang  penjelasan.

"Tapi, Mama butuh," cicitku.

"Bim," panggilmu. Kamu memutar mata dan mencoba mendekatiku.

Dengan cepat aku menghindarkan celengan darimu.

"Jangan, Dara! Ini buat Mama. Mama lagi sakit! Biar sembuh, Mama harus berobat! Kita enggak punya uang selain dari celengan ini!" pekikku, tidak tahan atas penbungkaman berhari-hari karena kamu terus melarangku.

"Bima! Tapi kita enggak tahu uang dari celengan itu dari mana!" Kamu tak mau kalah, ikut memekik.

Depok, 4 Oktober 2019
-sedang mencoba untuk mengungkapkan kembali sensasi menulis-

Kamis, 03 Oktober 2019

Dunia di Luar

Berdiri di sana, seorang gadis mrngenakan almamater institusi terbaik negeri sembari menggenggam sebongkah batu. Di sekitarnya, ribuan manusia meneriakkan keadilan. Dan, dia hanya terdiam, memandangi pemandangan riuh dan ramai yang sebentar lagi akan binasa. Itu yang akan dia lakukan.

Akan tetapi ...

Batu di tangannya jatuh begitu saja. Efek suara yang ditimbulkan batu yang bergesek dengan aspal tidak mengganggu demonstrasi yang sedang berlangsung.

Tepat di mata gadis itu, manusia-manusia semakin membludak. Tiba-tiba dia ketakutan. Kehancuran yang akan dia lakukan tentu saja, sudah pasti, gagal.

Pinggiran Kota Jakarta, 3 Oktober 2019
-Curahan mahasiswa semester tua dari  kamar-

Sabtu, 31 Agustus 2019

Tersesat [31]

Coba saja kaucari benda itu di gudang

Tidak ada. Tidak ada yang seburuk rupa itu terpampang untuk dihidang.

Sebulan kaucari,  tentu saja takkan kau temukan bahkan di ladang.

Semua hancur. Kepercayaan yang kau senangi tak sedap lagi dipandang.

Andaikan saja kaupunya sebuah pedang,

Habislah sisa umurmu yang kaupakai untuk bergadang.

Kau hanya mencari tempat bersembunyi dari kandang.

Ah, tak jauh beda kau dari Malin Kundang.

31 Agustus 2019
Ayo, maju sini, Pecundang!
#sebulanbersajak

Jumat, 30 Agustus 2019

Naif [30]

Mungkin saja definisi di keramaian adalah bagian dari diriku. Sungguh merinding.

Terpaku begitu saja keheranan dan kepahitan di dinding.

Tidak ada yang mengenal bagian dari diriku tatkala dibanding.

Mereka punya dunia sendiri, menjagokan dua kelompok yang sedang bertanding.

Dan ... Aku hanya dunia kecil yang tak bisa disanding

30 Agustus 2019
Entahlah, apakah diriku akan dituding
#sebulanbersajak

Kamis, 29 Agustus 2019

Serbasalah [29]

Lelah ketika tahu kapan harus berhenti.

Mencanangkan sebuah mimpi pun tidak akan berarti.

Ingin sekali memaki dengan mengentakkan pedati.

Namun, apakah bisa semuanya antipati?

Tidak. Mereka ingin peduli, tetapi takut mati.

Apalagi kalau ada bukti

29 Agustus 2019
Ah, andai saja hidup bisa ambil cuti
#sebulanbersajak

Rabu, 28 Agustus 2019

Idola [28]

Dengan namanya kusebut,

Beribu wajah saling berebut.

Mereka dengan congkaknya saling berkebut.

Tidak bisa dibilang aneh, tetapi dia kali ini sedang debut.

Suaranya benar-benar lembut

Sampai merindinglah darahku ke rambut

28 Agustus 2019
Ah, andai saja dia mengenalku dan diriku disambut
#sebulanbersajak

Selasa, 27 Agustus 2019

Menyesal [27]

Suaraku yang serak

Wajahku yang bagai tahi  berkerak

Tidak bisa diungkapkan dengan indahnya sayap sang merak

Berkelindatlah emas yang membenci perak

Dengan terberak-berak

Ah, andai saja kita tak membuat jarak

27 Agustus 2019
Pasti kita akan menikmati ketoprak
#sebulanbersajak

Senin, 26 Agustus 2019

Bohong [26]

Beginilah nasib si Pinokio yang berubah jadi Tuhan.

Dia seolah tidak sadar betapa lemahnya untuk bertahan.

Katanya, dia kuat. Sayangnya, cuma ocehan.

Tak ada yang benar-benar percaya, apalagi jadi pilihan.

Hidung panjangnya bukan sembahan.

Kautahu, kan? Lalu kenapa kau sibuk kasihan?

26 Agustus 2019
Dan buat dirinya jadi pelabuhan?
#sebulanbersajak

Minggu, 25 Agustus 2019

Keyakinan [25]

Bara baru rubah

Membawa petir beserta air bah

Dengan gagahnya dia bikin berhala untuk disembah

Dia dirikan tanpa sempat merebah

Dia pakaikan pakaian terbaik seperti jubah

Tanpa sebuah kubah

Dan semua menunggu dia khotbah

25 Agustus 2019
Namun, dia ingin dipanggil Abah
#sebulanbersajak

Sabtu, 24 Agustus 2019

Absurd [24]

Dua puluh dua tambah satu menjadi kurang

Kurang apalagi ombak menembus karang

Dengan lembutnya kain yang seharga barang

Luar biasa karunia sebuah pedang yang menyerang

Enggankah kamu berbuat curang?

24 Agustus 2019
Atau berikan saja aku penerang
#sebulanbersajak

Jumat, 23 Agustus 2019

Berduka [23]

Kita tak pernah tahu kapan mati bahkan hidup

Kita tak pernah tahu kapan lampu jadi redup

Semua berkah tak seindah sebuah kudup

Atau senyaman sekedup

Semua serasa mengedup

23 Agustus 2019
Jadi, biarkan aku menyelundup
#sebulanbersajak

Kamis, 22 Agustus 2019

Bertanya [22]

Maukah kamu duduk di sana sembari menikmati malam?

Maukah kamu percaya akan kekuatan kelam?

Maukah kamu belajar berenang agar bisa menyelam?

Maukah kamu mengenakan pakaian yang aku sulam?

Atau, maukah kamu menguras kolam?

22 Agustus 2019
Atau, maukah kamu mengajarkanku tentang alam?
#sebulanbersajak

Rabu, 21 Agustus 2019

Pergi [21]

Buat apa tersenyum apabila bibirku saja kaupotong

Buat apa membantu apabila diriku saja tidak digotong

Ah, omong kosongmu seperti bubur yang jadi lontong,

Tidak mungkin terjadi karena semua sudah kotong

Mau diambil pakai sendok pun, tetap saja menggunakan centong

Ah, biarkan saja aku pergi tanpa diftong

21 Agustus 2019
Kalau menyesal, cari saja aku di kantong
#sebulanbersajak

Selasa, 20 Agustus 2019

Tragedi [20]

Retakan dua puluh tahun itu masih terbayang

Padahal, kami masih saling sayang

Namun, mereka memperdaya kami seperti wayang

Meronta, kejang, sampai terbawa layang-layang

Kami pun tidak bisa berkata, kecuali kayang

Sambil menahan gejolak sebuah payang

20 Agustus 2019
Pada akhirnya, kami menjadi dayang
#sebulanbersajak

Senin, 19 Agustus 2019

Khayalan [19]

Tunjuklah para peri dengan gemulainya menanak

Tatkala pangeran nun jauh di sana menggotong seorang anak

Apalagi sang penyihir meramu cinta yang enak

Tidakkah dia memutuskan untuk mengubah keras jadi lunak?

Ataukah memaksa singa buas jadi jinak?

Entahlah kalau dia mau beternak

Dan memohon untuk tidak bertemu kuntilanak

19 Agustus 2019
Jadi, kosongkan pikiranmu sejenak
#sebulanbersajak

Minggu, 18 Agustus 2019

Tegang [18]

Dingin menusuk paru-paru yang panas

Melewati kesenjangan yang mendadak ganas

Batu air pun tak sanggup menumbuhkan tunas

Marah menjadi ngenas

Yang pasti tiada teman dinas

18 Agustus 2019
Ayo, sini! Ada nanas
#sebulanbersajak

Amnesia [17]

Aku lupa

Maafkan aku yang tiba-tiba jadi pupa

Pikiranku seperti terkontrol oleh dupa

Sudah keasyikan dengan hewan serupa.

Jadi, tolong jangan ingatkan aku tentang kesalahanku  yang setinggi stupa

17-18 Agustus 2019
Jangan kasih aku supa
#sebulanbersajak

Selamat ke-74!

Jumat, 16 Agustus 2019

Paksa [16]

Dengan dia aku tahu bagaimana harus bertindak

Dengan dia aku tahu bagaimana harus berkata tidak

Dengan dia aku tahu bagaimana harus menetralkan jantung yang ingin meledak

Dengan dia aku tahu bagaimana harus menolak cinta yang berbudak

Dengan dia aku tahu bagaimana harus mematahkan kehendak

16 Agustus 2019
Dan dengan dia aku tahu bagaimana menggunakan kodak
#sebulanbersajak

Kamis, 15 Agustus 2019

Cinta [15]

Indah saja belum cukup untuk mengungkapkan betapa eloknya melati

Apalagi mendengarkan suara sang hati

Tidak sakitkah dirimu ketika uap-uap itu ditantang oleh belati?

Aku membenci keheningan yang kauciptakan dengan simpati

Tidak pedulikah dirimu merasakan diriku yang berempati?

Ah, manakah hatimu yang tahu kalau aku mencintaimu dengan hayati?

15 Agustus 2019
Apakah aku harus menyebut cinta sampai mati?
#sebulanbersajak

Rabu, 14 Agustus 2019

Sombong [14]

Bagus saja belum cukup untuk mewarnai pelangi

Apalagi memaksa cahaya untuk menerangi

Tak tahu dirilah orang-orang yang mencoba membelakangi

Bisakah mereka mempertahankan hati untuk membayangi?

Ah, tidak! Mereka mengenal diri saja perlu dinaungi

14 Agustus 2019
Tidakkah mereka takut dicurangi?
#sebulanbersajak

Selasa, 13 Agustus 2019

Bebas [13]

Menari membawa dunia tanpa bising

Seolah mengajak ke negeri asing

Tidakkah dia merasa pusing?

Seperti putaran sang gasing

Yang tidak memedulikan hati yang berdesing

Menari. Terus menari sampai langsing

13 Agustus 2019
Cobalah menari di pagi menyingsing
#sebulanbersajak

Senin, 12 Agustus 2019

Khianat [12]

Cara ampuh untuk jatuh cinta adalah ikut mencintai

Tapi jangan coba untuk mengintai

Apalagi menjadi pembunuh berantai

Sakit, Sayang. Apalagi kaucoba dustai

Biarkan saja cinta ini tumbuh dengan santai

Tak peduli arang yang melompati lantai

Dan, kumohon jangan dibantai

12 Agustus 2019
Kata-kata ini jangan dirantai
#sebulanbersajak

Minggu, 11 Agustus 2019

Bersyukur [11]

Wujudnya saja tidak bisa satukan, bagaimana kita akan memulai?

Merangkai-rangkai kata pun tidak akan bisa kita nilai

Entah, dua puluh tahun lagi bagaimana hidup kita. Mungkin lunglai?

Indahkah dunia yang tidak mampu kita belai?

Biarkan saja kita nikmati hidup dengan semangkuk gulai

11 Agustus 2019
Jangan biarkan diri kita lalai
#sebulanbersajak

Sabtu, 10 Agustus 2019

Bersama [10]

Maukah kamu bergabung denganku?

Kita bermain sampai kaki terasa menusuk kuku

Tak usah pamrih apalagi berdaku daku

Kita nikmati saja pagi ini dengan mengeluarkan keringat dari saku

Kita nikmati saja siang ini dengan menjual hati sampai laku

Kita nikmati saja malam ini dengan mengubah waktu jadi paku

Jangan lupa kita masih di sini, mengungkapkan cerita kita yang kaku

10 Agustus 2019
Ayo, dengarkan ceritaku di bangku!
#sebulanbersajak

Jumat, 09 Agustus 2019

Kita [9]

Jauh-jauh pergi, kembali lagi

Seperti daging yang menjadi ragi

Enggan untuk datang di hari pagi

Adakah hatimu ingin berbagi?

Bersamaku kita ciptakan magi

09 Agustus 2019
Ayo, tunggu apalagi?

Kamis, 08 Agustus 2019

Gombal [8]

Bagaikan sekuntum bunga mekar di padang pasir

Mewarnai butiran-butiran air yang tersisir

Kemudian dibawa oleh seekor kusir

Seperti ini. Sungguh, seperti ini rasanya hati mendesir

Tidak kusangka bahwa dirinya yang kutaksir

08 Agustus 2019
Ini memang receh, tolong jangan diusir
#sebulanbersajak

Rabu, 07 Agustus 2019

Kritis [7]

Wajar saja seperti itu, memberontak tak tahu diri
Membiarkan dirinya yang fana menggeliat iri
Matanya tidak bisa dia pejamkan, dia terbanting seolah wara-wiri
Dia tiba-tiba menggerutu dan terlonjak-lonjak saat dikebiri
Hidup matinya hanya tergantung pernyataan siri
Tuhan tentunya tidak membedakan ciri

07 Agustus 2019
Ingatkan dia untuk tidak ke kiri
#sebulanbersajak

Selasa, 06 Agustus 2019

Setia [6]

Buku usang itu tetap dia peluk, tetap dia simpan
Tak ada yang tahu bertahan sampai kapan
Tak ada yang tahu buku itu tidak pernah menjadi terdepan
Tetapi dia menyukainya sampai dia menjadi mapan
Ah, alangkah inginnya aku menemukan sosoknya, saling berhadapan
Pastinya dia akan memperlakukanku dengan sopan

06 Agustus 2019
Untukmu, sosok yang terlalu tampan
#sebulanbersajak

Senin, 05 Agustus 2019

Patah [5]

Pernahkan hatimu tiba-tiba berantakan begitu saja?
Seolah jantung tiba-tiba berhenti bekerja?
Berusaha untuk menahan, tetapi tetap bermuram durja
Andaikan dia tahu hatimu tak sekuat baja,
Apakah dia berusaha mendekat, atau bertingkah seperti ninja?

05 Agustus 2019
Semoga kamu tidak mengonsumsi ganja
#sebulanbersajak

Minggu, 04 Agustus 2019

Pusing [4]

Jenuh membuatku tidak bisa berkutik, apalagi berpaling
Seakan kepala dibuat keliling
Enggan kurasakan apabila kaki ini terguling
Luar biasa sakitnya merasakan tanpa baling-baling
Untuk terbang, bahkan untuk mengerling-ngerling
Mungkin saja aku takkan dikira maling

04 Agustus 2019
Sepertinya aku butuh konseling
#sebulanbersajak

Sabtu, 03 Agustus 2019

Rahasia [3]

Sudah berapa lama kita di sini?
Menikmati lembutnya angin kini

Adakah yang mengetahui keberadaan kita ini?
Kita yang berbaris layaknya lini?

Bisakah dia dengar kita yang sedang beropini?
Kita yang sembunyi di balik metromini

Ah, kuharap dia tak tahu di mana sang Kartini
Biar kita saja yang menikmati cerita kita yang dini

03 Agustus 2019
Kali ini kita bersembunyi di dalam lamborghini
#sebulanbersajak

Jumat, 02 Agustus 2019

Sadar [2]

Hari ini tiada yang terbaik apabila jantungnya tiada berdetak hebat

Seolah ada paru-paru yang terlihat merambat

Tidakkah dia menyadari ada yang lebih dari seorang sahabat

Mensyukuri luasnya dunia yang selalu menjadi sebuah debat

Dia, dulunya tidak tahu betapa menyenangkan berlari-lari menyusuri hutan hujan yang lebat

Akhirnya dia berhenti untuk menyambat

02 Agustus 2019
Masihkah kamu menunggunya bertobat?
#sebulanbersajak

-Selamat ulang tahun Makeu NCT!-

Kamis, 01 Agustus 2019

Mengerti [1]

Ada yang tidak mengerti bahwa dunia ini berputar. Berputar mengelilingi Matahari.

Ada yang enggan mengerti betapa mengerikan dunia. Dia hanya tahu uang, uang, dan uang yang tidak akan menjadi dolar.

Ah, andai saja dia mengerti itu semua.

Apakah dunia akan berantakan? Atau saling pengertian?

Ah, tunggu saja.

01 Agustus 2019
Adakah yang ingin menunggu?
#Sebulanbersajak

Sabtu, 27 Juli 2019

Alur Belaka

 Ada hari kecil sewaktu Bumi merangkak
mengeluarkan aroma sedap tidak tahu maknanya
entah bagaimana mengungkapkannya,
tetapi menunggu besok tidaklah bertakrif

Sore itu menjelang senja
matahari masih belum melenyapkan sinarnya
anak kecil dibonceng bapaknya, menaiki sepeda
mengunjungi pasar malam untuk menaiki komidi putar

Ya, mau bagaimana lagi, ini hanya mimpi,
sebuah fantasi sekejap,
yang cuma menginginkan kefanaan.


Depok, 27 Juli 2019 bersama Afifahfishy
-Adakalanya bersekutu di tempat sepi menyenangkan-

Jumat, 26 Juli 2019

Jiwa-Jiwa Bebas

Kita berlari-lari
Mengejar mengejar dunia
Bersama-sama
Berputar-putar
Lalu jatuh.

Sakit.

Tapi tidak menangis.

Bangkit untuk berdiri sukar
Bahkan untuk menunjukkan gigi.

Kita kembali berlari-lari
Kali ini mengejar layang-layang.

Tapi tetap, kembali jatuh.

Dan nyatanya kita enggan menyerah.
Karena kita jiwa-jiwa bebas.

Jakarta Selatan, 26 Juli 2019

Selamat hari Puisi Nasional

Jumat, 26 April 2019

Selembar Kertas [Cerita Sangat Pendek]

Aku menyesal.

Dua kata itu terus menghantuiku. Selembar kertas dengan tinta merah menemukanku di antara serakan buku sekolah. Aku langsung melempar kertas itu saat membacanya. Tubuhku seketika merinding.

Aku sangat yakin tinta merah itu adalah darah. Tapi, darah siapa?

Yang cukup menggangguku adalah tulisan itu dibuat olehku karena aku sangat mengenal tulisan tanganku.

Tapi kapan? Mengapa aku menulisnya?

26 April 2019
-Selamat hari untukmu-

Rabu, 13 Februari 2019

Zonder Titel

Je zat stil op die stoel. Je was al moe. De mensen in de buurt zouden je niet zorgen. Ze hadden hun eigen bussiness. En je...  was helemaal alleen. Je wou weglopen uit de wereld, maar je hield van die wereld. Ik weet je  werd gehaten door iedereen. Het was niet toevallig, hoor!