Selasa, 10 Desember 2019
[POJOK ACAK] Aku
Sabtu, 23 November 2019
[POJOK ACAK] Ada Apa?
Senin, 14 Oktober 2019
Rumah terbaik
Tak ada tempat yang terbaik selain rumah sakit jiwa. Itu menurut Alma saat mengantarkan saudara kembarnya untuk berobat di sana. Alma yakin, setelah mengirimkan Alna ke rumah sakit jiwa, hidupnya akan baik-baik saja tanpa mendengar ocehan dari korban pemerkosaan seperti Alna, saudara kembarnya itu.
Alma sudah lelah setiap hari harus mengurusi Alna yang menurutnya sudah berada di tingkat 'stres'. Alma tak mau repot-repot. Biarkan saja para dokter dan perawat khusus di sana yang merawatnya. Dia hanya tinggal bayar saja. Kalau Alna sudah baikan, dia akan membawa saudaranya pulang. Atau, biarkan saja Alna mendekap di sana.
Kalau Alna sudah tidak memungkinkan, Alma tinggal menyiapkan keranda saja.
Alma ingin pikiran dan dirinya tidak terganggu oleh Alna. Saudaranya menyusahkan saja.
Sungguh, dia tidak ingin ikutan gila seperti Alna.
14 Oktober 2019
-Hari ini mengetahui berita kalau salah satu artis Korea bunuh diri karena tekanan mental. Tulisan ini kudedikasikan untuk kamu, kamu, kamu, dan kamu semua yang harus memikirkan kesehatan mental-
Jumat, 04 Oktober 2019
Celengan
"Mau dibawa ke mana?" tanyamu dengan mata menyelidik. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu selain memegang celengan babi yang kamu tanyakan.
"Mau dibawa ke rumah Mama?"
Tepat!
Aku meneguk ludah.
"Bim, udah kubilang, Mama enggak bakal nerima uang itu, apalagi asal usul uang itu enggak jelas," katamu. Aku bisa mendeskripsikan wajahmu yang lelah mengulang penjelasan.
"Tapi, Mama butuh," cicitku.
"Bim," panggilmu. Kamu memutar mata dan mencoba mendekatiku.
Dengan cepat aku menghindarkan celengan darimu.
"Jangan, Dara! Ini buat Mama. Mama lagi sakit! Biar sembuh, Mama harus berobat! Kita enggak punya uang selain dari celengan ini!" pekikku, tidak tahan atas penbungkaman berhari-hari karena kamu terus melarangku.
"Bima! Tapi kita enggak tahu uang dari celengan itu dari mana!" Kamu tak mau kalah, ikut memekik.
Depok, 4 Oktober 2019
-sedang mencoba untuk mengungkapkan kembali sensasi menulis-
Kamis, 03 Oktober 2019
Dunia di Luar
Berdiri di sana, seorang gadis mrngenakan almamater institusi terbaik negeri sembari menggenggam sebongkah batu. Di sekitarnya, ribuan manusia meneriakkan keadilan. Dan, dia hanya terdiam, memandangi pemandangan riuh dan ramai yang sebentar lagi akan binasa. Itu yang akan dia lakukan.
Akan tetapi ...
Batu di tangannya jatuh begitu saja. Efek suara yang ditimbulkan batu yang bergesek dengan aspal tidak mengganggu demonstrasi yang sedang berlangsung.
Tepat di mata gadis itu, manusia-manusia semakin membludak. Tiba-tiba dia ketakutan. Kehancuran yang akan dia lakukan tentu saja, sudah pasti, gagal.
Pinggiran Kota Jakarta, 3 Oktober 2019
-Curahan mahasiswa semester tua dari kamar-
Sabtu, 31 Agustus 2019
Tersesat [31]
Coba saja kaucari benda itu di gudang
Tidak ada. Tidak ada yang seburuk rupa itu terpampang untuk dihidang.
Sebulan kaucari, tentu saja takkan kau temukan bahkan di ladang.
Semua hancur. Kepercayaan yang kau senangi tak sedap lagi dipandang.
Andaikan saja kaupunya sebuah pedang,
Habislah sisa umurmu yang kaupakai untuk bergadang.
Kau hanya mencari tempat bersembunyi dari kandang.
Ah, tak jauh beda kau dari Malin Kundang.
31 Agustus 2019
Ayo, maju sini, Pecundang!
#sebulanbersajak
Jumat, 30 Agustus 2019
Naif [30]
Mungkin saja definisi di keramaian adalah bagian dari diriku. Sungguh merinding.
Terpaku begitu saja keheranan dan kepahitan di dinding.
Tidak ada yang mengenal bagian dari diriku tatkala dibanding.
Mereka punya dunia sendiri, menjagokan dua kelompok yang sedang bertanding.
Dan ... Aku hanya dunia kecil yang tak bisa disanding
30 Agustus 2019
Entahlah, apakah diriku akan dituding
#sebulanbersajak
Kamis, 29 Agustus 2019
Serbasalah [29]
Lelah ketika tahu kapan harus berhenti.
Mencanangkan sebuah mimpi pun tidak akan berarti.
Ingin sekali memaki dengan mengentakkan pedati.
Namun, apakah bisa semuanya antipati?
Tidak. Mereka ingin peduli, tetapi takut mati.
Apalagi kalau ada bukti
29 Agustus 2019
Ah, andai saja hidup bisa ambil cuti
#sebulanbersajak
Rabu, 28 Agustus 2019
Idola [28]
Dengan namanya kusebut,
Beribu wajah saling berebut.
Mereka dengan congkaknya saling berkebut.
Tidak bisa dibilang aneh, tetapi dia kali ini sedang debut.
Suaranya benar-benar lembut
Sampai merindinglah darahku ke rambut
28 Agustus 2019
Ah, andai saja dia mengenalku dan diriku disambut
#sebulanbersajak
Selasa, 27 Agustus 2019
Menyesal [27]
Suaraku yang serak
Wajahku yang bagai tahi berkerak
Tidak bisa diungkapkan dengan indahnya sayap sang merak
Berkelindatlah emas yang membenci perak
Dengan terberak-berak
Ah, andai saja kita tak membuat jarak
27 Agustus 2019
Pasti kita akan menikmati ketoprak
#sebulanbersajak
Senin, 26 Agustus 2019
Bohong [26]
Beginilah nasib si Pinokio yang berubah jadi Tuhan.
Dia seolah tidak sadar betapa lemahnya untuk bertahan.
Katanya, dia kuat. Sayangnya, cuma ocehan.
Tak ada yang benar-benar percaya, apalagi jadi pilihan.
Hidung panjangnya bukan sembahan.
Kautahu, kan? Lalu kenapa kau sibuk kasihan?
26 Agustus 2019
Dan buat dirinya jadi pelabuhan?
#sebulanbersajak
Minggu, 25 Agustus 2019
Keyakinan [25]
Bara baru rubah
Membawa petir beserta air bah
Dengan gagahnya dia bikin berhala untuk disembah
Dia dirikan tanpa sempat merebah
Dia pakaikan pakaian terbaik seperti jubah
Tanpa sebuah kubah
Dan semua menunggu dia khotbah
25 Agustus 2019
Namun, dia ingin dipanggil Abah
#sebulanbersajak
Sabtu, 24 Agustus 2019
Absurd [24]
Dua puluh dua tambah satu menjadi kurang
Kurang apalagi ombak menembus karang
Dengan lembutnya kain yang seharga barang
Luar biasa karunia sebuah pedang yang menyerang
Enggankah kamu berbuat curang?
24 Agustus 2019
Atau berikan saja aku penerang
#sebulanbersajak
Jumat, 23 Agustus 2019
Berduka [23]
Kita tak pernah tahu kapan mati bahkan hidup
Kita tak pernah tahu kapan lampu jadi redup
Semua berkah tak seindah sebuah kudup
Atau senyaman sekedup
Semua serasa mengedup
23 Agustus 2019
Jadi, biarkan aku menyelundup
#sebulanbersajak
Kamis, 22 Agustus 2019
Bertanya [22]
Maukah kamu duduk di sana sembari menikmati malam?
Maukah kamu percaya akan kekuatan kelam?
Maukah kamu belajar berenang agar bisa menyelam?
Maukah kamu mengenakan pakaian yang aku sulam?
Atau, maukah kamu menguras kolam?
22 Agustus 2019
Atau, maukah kamu mengajarkanku tentang alam?
#sebulanbersajak
Rabu, 21 Agustus 2019
Pergi [21]
Buat apa tersenyum apabila bibirku saja kaupotong
Buat apa membantu apabila diriku saja tidak digotong
Ah, omong kosongmu seperti bubur yang jadi lontong,
Tidak mungkin terjadi karena semua sudah kotong
Mau diambil pakai sendok pun, tetap saja menggunakan centong
Ah, biarkan saja aku pergi tanpa diftong
21 Agustus 2019
Kalau menyesal, cari saja aku di kantong
#sebulanbersajak
Selasa, 20 Agustus 2019
Tragedi [20]
Retakan dua puluh tahun itu masih terbayang
Padahal, kami masih saling sayang
Namun, mereka memperdaya kami seperti wayang
Meronta, kejang, sampai terbawa layang-layang
Kami pun tidak bisa berkata, kecuali kayang
Sambil menahan gejolak sebuah payang
20 Agustus 2019
Pada akhirnya, kami menjadi dayang
#sebulanbersajak
Senin, 19 Agustus 2019
Khayalan [19]
Tunjuklah para peri dengan gemulainya menanak
Tatkala pangeran nun jauh di sana menggotong seorang anak
Apalagi sang penyihir meramu cinta yang enak
Tidakkah dia memutuskan untuk mengubah keras jadi lunak?
Ataukah memaksa singa buas jadi jinak?
Entahlah kalau dia mau beternak
Dan memohon untuk tidak bertemu kuntilanak
19 Agustus 2019
Jadi, kosongkan pikiranmu sejenak
#sebulanbersajak
Minggu, 18 Agustus 2019
Tegang [18]
Dingin menusuk paru-paru yang panas
Melewati kesenjangan yang mendadak ganas
Batu air pun tak sanggup menumbuhkan tunas
Marah menjadi ngenas
Yang pasti tiada teman dinas
18 Agustus 2019
Ayo, sini! Ada nanas
#sebulanbersajak
Amnesia [17]
Aku lupa
Maafkan aku yang tiba-tiba jadi pupa
Pikiranku seperti terkontrol oleh dupa
Sudah keasyikan dengan hewan serupa.
Jadi, tolong jangan ingatkan aku tentang kesalahanku yang setinggi stupa
17-18 Agustus 2019
Jangan kasih aku supa
#sebulanbersajak
Selamat ke-74!
Jumat, 16 Agustus 2019
Paksa [16]
Dengan dia aku tahu bagaimana harus bertindak
Dengan dia aku tahu bagaimana harus berkata tidak
Dengan dia aku tahu bagaimana harus menetralkan jantung yang ingin meledak
Dengan dia aku tahu bagaimana harus menolak cinta yang berbudak
Dengan dia aku tahu bagaimana harus mematahkan kehendak
16 Agustus 2019
Dan dengan dia aku tahu bagaimana menggunakan kodak
#sebulanbersajak
Kamis, 15 Agustus 2019
Cinta [15]
Indah saja belum cukup untuk mengungkapkan betapa eloknya melati
Apalagi mendengarkan suara sang hati
Tidak sakitkah dirimu ketika uap-uap itu ditantang oleh belati?
Aku membenci keheningan yang kauciptakan dengan simpati
Tidak pedulikah dirimu merasakan diriku yang berempati?
Ah, manakah hatimu yang tahu kalau aku mencintaimu dengan hayati?
15 Agustus 2019
Apakah aku harus menyebut cinta sampai mati?
#sebulanbersajak
Rabu, 14 Agustus 2019
Sombong [14]
Bagus saja belum cukup untuk mewarnai pelangi
Apalagi memaksa cahaya untuk menerangi
Tak tahu dirilah orang-orang yang mencoba membelakangi
Bisakah mereka mempertahankan hati untuk membayangi?
Ah, tidak! Mereka mengenal diri saja perlu dinaungi
14 Agustus 2019
Tidakkah mereka takut dicurangi?
#sebulanbersajak
Selasa, 13 Agustus 2019
Bebas [13]
Menari membawa dunia tanpa bising
Seolah mengajak ke negeri asing
Tidakkah dia merasa pusing?
Seperti putaran sang gasing
Yang tidak memedulikan hati yang berdesing
Menari. Terus menari sampai langsing
13 Agustus 2019
Cobalah menari di pagi menyingsing
#sebulanbersajak
Senin, 12 Agustus 2019
Khianat [12]
Cara ampuh untuk jatuh cinta adalah ikut mencintai
Tapi jangan coba untuk mengintai
Apalagi menjadi pembunuh berantai
Sakit, Sayang. Apalagi kaucoba dustai
Biarkan saja cinta ini tumbuh dengan santai
Tak peduli arang yang melompati lantai
Dan, kumohon jangan dibantai
12 Agustus 2019
Kata-kata ini jangan dirantai
#sebulanbersajak
Minggu, 11 Agustus 2019
Bersyukur [11]
Wujudnya saja tidak bisa satukan, bagaimana kita akan memulai?
Merangkai-rangkai kata pun tidak akan bisa kita nilai
Entah, dua puluh tahun lagi bagaimana hidup kita. Mungkin lunglai?
Indahkah dunia yang tidak mampu kita belai?
Biarkan saja kita nikmati hidup dengan semangkuk gulai
11 Agustus 2019
Jangan biarkan diri kita lalai
#sebulanbersajak
Sabtu, 10 Agustus 2019
Bersama [10]
Maukah kamu bergabung denganku?
Kita bermain sampai kaki terasa menusuk kuku
Tak usah pamrih apalagi berdaku daku
Kita nikmati saja pagi ini dengan mengeluarkan keringat dari saku
Kita nikmati saja siang ini dengan menjual hati sampai laku
Kita nikmati saja malam ini dengan mengubah waktu jadi paku
Jangan lupa kita masih di sini, mengungkapkan cerita kita yang kaku
10 Agustus 2019
Ayo, dengarkan ceritaku di bangku!
#sebulanbersajak
Jumat, 09 Agustus 2019
Kita [9]
Jauh-jauh pergi, kembali lagi
Seperti daging yang menjadi ragi
Enggan untuk datang di hari pagi
Adakah hatimu ingin berbagi?
Bersamaku kita ciptakan magi
09 Agustus 2019
Ayo, tunggu apalagi?
Kamis, 08 Agustus 2019
Gombal [8]
Bagaikan sekuntum bunga mekar di padang pasir
Mewarnai butiran-butiran air yang tersisir
Kemudian dibawa oleh seekor kusir
Seperti ini. Sungguh, seperti ini rasanya hati mendesir
Tidak kusangka bahwa dirinya yang kutaksir
08 Agustus 2019
Ini memang receh, tolong jangan diusir
#sebulanbersajak
Rabu, 07 Agustus 2019
Kritis [7]
Wajar saja seperti itu, memberontak tak tahu diri
Membiarkan dirinya yang fana menggeliat iri
Matanya tidak bisa dia pejamkan, dia terbanting seolah wara-wiri
Dia tiba-tiba menggerutu dan terlonjak-lonjak saat dikebiri
Hidup matinya hanya tergantung pernyataan siri
Tuhan tentunya tidak membedakan ciri
07 Agustus 2019
Ingatkan dia untuk tidak ke kiri
#sebulanbersajak
Selasa, 06 Agustus 2019
Setia [6]
Buku usang itu tetap dia peluk, tetap dia simpan
Tak ada yang tahu bertahan sampai kapan
Tak ada yang tahu buku itu tidak pernah menjadi terdepan
Tetapi dia menyukainya sampai dia menjadi mapan
Ah, alangkah inginnya aku menemukan sosoknya, saling berhadapan
Pastinya dia akan memperlakukanku dengan sopan
06 Agustus 2019
Untukmu, sosok yang terlalu tampan
#sebulanbersajak
Senin, 05 Agustus 2019
Patah [5]
Pernahkan hatimu tiba-tiba berantakan begitu saja?
Seolah jantung tiba-tiba berhenti bekerja?
Berusaha untuk menahan, tetapi tetap bermuram durja
Andaikan dia tahu hatimu tak sekuat baja,
Apakah dia berusaha mendekat, atau bertingkah seperti ninja?
05 Agustus 2019
Semoga kamu tidak mengonsumsi ganja
#sebulanbersajak
Minggu, 04 Agustus 2019
Pusing [4]
Jenuh membuatku tidak bisa berkutik, apalagi berpaling
Seakan kepala dibuat keliling
Enggan kurasakan apabila kaki ini terguling
Luar biasa sakitnya merasakan tanpa baling-baling
Untuk terbang, bahkan untuk mengerling-ngerling
Mungkin saja aku takkan dikira maling
04 Agustus 2019
Sepertinya aku butuh konseling
#sebulanbersajak
Sabtu, 03 Agustus 2019
Rahasia [3]
Sudah berapa lama kita di sini?
Menikmati lembutnya angin kini
Adakah yang mengetahui keberadaan kita ini?
Kita yang berbaris layaknya lini?
Bisakah dia dengar kita yang sedang beropini?
Kita yang sembunyi di balik metromini
Ah, kuharap dia tak tahu di mana sang Kartini
Biar kita saja yang menikmati cerita kita yang dini
03 Agustus 2019
Kali ini kita bersembunyi di dalam lamborghini
#sebulanbersajak
Jumat, 02 Agustus 2019
Sadar [2]
Hari ini tiada yang terbaik apabila jantungnya tiada berdetak hebat
Seolah ada paru-paru yang terlihat merambat
Tidakkah dia menyadari ada yang lebih dari seorang sahabat
Mensyukuri luasnya dunia yang selalu menjadi sebuah debat
Dia, dulunya tidak tahu betapa menyenangkan berlari-lari menyusuri hutan hujan yang lebat
Akhirnya dia berhenti untuk menyambat
02 Agustus 2019
Masihkah kamu menunggunya bertobat?
#sebulanbersajak
-Selamat ulang tahun Makeu NCT!-
Kamis, 01 Agustus 2019
Mengerti [1]
Ada yang tidak mengerti bahwa dunia ini berputar. Berputar mengelilingi Matahari.
Ada yang enggan mengerti betapa mengerikan dunia. Dia hanya tahu uang, uang, dan uang yang tidak akan menjadi dolar.
Ah, andai saja dia mengerti itu semua.
Apakah dunia akan berantakan? Atau saling pengertian?
Ah, tunggu saja.
01 Agustus 2019
Adakah yang ingin menunggu?
#Sebulanbersajak
Sabtu, 27 Juli 2019
Alur Belaka
mengeluarkan aroma sedap tidak tahu maknanya
entah bagaimana mengungkapkannya,
tetapi menunggu besok tidaklah bertakrif
Ya, mau bagaimana lagi, ini hanya mimpi,
sebuah fantasi sekejap,
yang cuma menginginkan kefanaan.
Depok, 27 Juli 2019 bersama Afifahfishy
-Adakalanya bersekutu di tempat sepi menyenangkan-
Jumat, 26 Juli 2019
Jiwa-Jiwa Bebas
Kita berlari-lari
Mengejar mengejar dunia
Bersama-sama
Berputar-putar
Lalu jatuh.
Sakit.
Tapi tidak menangis.
Bangkit untuk berdiri sukar
Bahkan untuk menunjukkan gigi.
Kita kembali berlari-lari
Kali ini mengejar layang-layang.
Tapi tetap, kembali jatuh.
Dan nyatanya kita enggan menyerah.
Karena kita jiwa-jiwa bebas.
Jakarta Selatan, 26 Juli 2019
Selamat hari Puisi Nasional
Jumat, 26 April 2019
Selembar Kertas [Cerita Sangat Pendek]
Aku menyesal.
Dua kata itu terus menghantuiku. Selembar kertas dengan tinta merah menemukanku di antara serakan buku sekolah. Aku langsung melempar kertas itu saat membacanya. Tubuhku seketika merinding.
Aku sangat yakin tinta merah itu adalah darah. Tapi, darah siapa?
Yang cukup menggangguku adalah tulisan itu dibuat olehku karena aku sangat mengenal tulisan tanganku.
Tapi kapan? Mengapa aku menulisnya?
26 April 2019
-Selamat hari untukmu-
Rabu, 13 Februari 2019
Zonder Titel
Je zat stil op die stoel. Je was al moe. De mensen in de buurt zouden je niet zorgen. Ze hadden hun eigen bussiness. En je... was helemaal alleen. Je wou weglopen uit de wereld, maar je hield van die wereld. Ik weet je werd gehaten door iedereen. Het was niet toevallig, hoor!