"Mau dibawa ke mana?" tanyamu dengan mata menyelidik. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu selain memegang celengan babi yang kamu tanyakan.
"Mau dibawa ke rumah Mama?"
Tepat!
Aku meneguk ludah.
"Bim, udah kubilang, Mama enggak bakal nerima uang itu, apalagi asal usul uang itu enggak jelas," katamu. Aku bisa mendeskripsikan wajahmu yang lelah mengulang penjelasan.
"Tapi, Mama butuh," cicitku.
"Bim," panggilmu. Kamu memutar mata dan mencoba mendekatiku.
Dengan cepat aku menghindarkan celengan darimu.
"Jangan, Dara! Ini buat Mama. Mama lagi sakit! Biar sembuh, Mama harus berobat! Kita enggak punya uang selain dari celengan ini!" pekikku, tidak tahan atas penbungkaman berhari-hari karena kamu terus melarangku.
"Bima! Tapi kita enggak tahu uang dari celengan itu dari mana!" Kamu tak mau kalah, ikut memekik.
Depok, 4 Oktober 2019
-sedang mencoba untuk mengungkapkan kembali sensasi menulis-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar