Setiap hari aku menunggumu. Tiada hari tanpa memikirkanmu. Tapi apa
daya? Kau tiada kunjung datang menghampiriku. Membawaku dalam
angan-angan yang tak henti kuciptakan dalam benakku. Kemanakah kau
pergi? Kemanakah kau menetap? Kemanakah kau sekarang?
Aku disini, berdiri di padang rumput luas, bermain dengan dandelion dan
meniup putiknya sembari berbisik, “aku mencintaimu. Aku menunggumu.”
Angin memang mengantarkan pesanku, menjelajah mencari dirimu. Apakah kau
menerima pesan itu? Ataukah kau melawan angin?
Wahai angin, jikalah demikian, kumohon menjauhlah dari dirinya. Biarkan
desiran pesan itu kau bawa dan kau hempas sejauh-jauhnya seperti yang ia
lakukan kepadamu - pesanku.
Kalaupun berakhir seperti ini, janganlah biarkan diriku menanti dirimu
yang tak pasti, membiarkan diriku merangkai kata cinta penuh harap namun
sia-sia, membiarkan liquid bening sepuasnya menggenang di pelupuk
mataku hingga memutuskan untuk memberontak.
Aku mohon kepadamu. Tentukan pilihanmu. Mengarungi setiap langkah menuju
diriku dan mengamit tanganku menuju masa depan, ataukah membunuh rasa
hatiku? Itu lebih baik, bukan?
source and repost from: andhea-stories.tumblr.com